Anak Cerdas Melalui Integrated Learning Berbasis Asmaul Husna

Anak Cerdas Melalui Integrated Learning Berbasis Asmaul Husna
Anak Cerdas Melalui Integrated Learning Berbasis Asmaul Husna

Setiap orang tua menginginkan anaknya cerdas. Kecerdasan pada dasarnya bisa dibedakan menjadi dua, yaitu kecerdasan mental dan kecerdasan intelektual. Di sinilah penting peranan orang tua dalam mengembangkan kecerdasan anak. Masih banyak orang tua yang memuja kecerdasan intelektual yang mengandalkan kemampuan berlogika semata. Orang tua merasa bangga dan berhasil mendidik anak, bila melihat anak-anaknya mempunyai nilai rapor yang bagus, menjadi juara kelas. Tentu saja hal ini tidak salah, tetapi tidak juga benar seratus persen.

Beberapa penelitian justru menunjukkan bahwa kecerdasan emosional, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual yang lebih berpengaruh bagi kesuksesan seorang anak. Untuk itu membangun anak yang cerdas harus bersamaan dengan mengantarkan keimanan dan ketakwaan. Kecerdasan anak akan melahirkan sikap ketundukan dan pengakuan akan keberadaan Allah SWT. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan juga harus disertai dengan penanaman budi pekerti luhur agar anak memiliki berpengetahuan sekaligus memiliki karakter dan beradab, sehingga anak memilki ilmu yang utuh, seimbang dan lengkap dalam semua aspek pembelajaran, atau yang dikenal dengan pendidikan holistik.

Pembelajaran terpadu, yang lebih dikenal intergrated learning (pembelajaran yang memadukan berbagai penguasaan dari beberapa mata pelajaran yang keterkaitan pada suatu tema), sehingga anak terbiasa memandang segala sesuatu dalam gambaran yang utuh. Integrasi proses pembelajaran di sekolah, dirasa perlu untuk menginterpretasikan kembali seluruh materi pelajaran sekolah dengan muatan-muatan nilai yang Islami.

Sementara itu integrated learning berbasis Asmaul Husna dapat memberikan peluang kepada siswa dari berbagai sumber infomasi berbeda dalam suatu tema, sehingga siswa dapat memecahkan masalah dengan memperhatikan faktor- faktor berbeda (ditinjau dari berbagai aspek). Selain itu dengan kurikulum terintegrasi, proses belajar menjadi relevan dan kontekstual sehingga siswa dapat berpartsipasi aktif dalam seluruh dimensi, baik fisik, social, emosi, dan pengetahuan.

Misalnya, Tema besar yang diambil dalam satu tahun adalah "IBU KOTA JAKARTA" dengan tujuan mengenalkan pusat pemerintahan negara Indonesia.Tema besar dikembangkan menjadi tema kecil dengan seluruh tema di kaitkan dengan Asmaul Husna guna mendidik peserta didik agar senantiasa mengagungkan Allah SWT. Tema yang dikembangkan misalnya seperti tema di bawah ini:

  • Allah الواسع (Al-Waasi) memberikan lingkungan Jakarta menjadi ibukota negara yang padat dan ramai.
  • Allah الفتاح (Al-Fattaah) membuka pintu rahmat untuk memperingati hari Kemerdekaan Indonesia di bulan Ramadhan
  • Allah النافع (An-Naafi) Maha Memberi manfaat buah-buahan yang merupakan kebutuhan bagi masyarakat Jakarta
  • Allah الحليم (Al-Haliim) Maha Pemberi kesabaran kepada seniman Betawi.
  • Allah الخالق (Al-Khaaliq) telah menciptakan binatang yang hidup di dua alam
  • Allah السلام (As-Salaam) Maha menyelamatkan masyarakat Jakarta dari bencana banjir
  • Allah الرشيد (Ar-Rasyiid) Maha Pemberi kepandaian kepada manusia untuk menciptakan televisi
  • Allah النور (An-Nuur) Maha Pemberi Cahaya api pada kehidupan manusia
  • Allah الهادئ (Al-Haadii) telah memberi petunjuk kepada manusia untuk menciptakan bus way sebagai alat transportasi untuk rekreasi
  • Allah الماجد (Al-Majiid) maha memuliakan para pahlawan pejuang tanah Betawi

Pembelajaran diatas yang dilaksanakan dengan memperhatikan tumbuh kembang anak dan tetap memperhatikan prinsisp-prinsip pendidikan anak usia dini, diantaranya; proses pembelajaran berlandaskan pada teori dan pengalaman empirik, upaya dalam merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (kecerdasan jamak) melalui bermain yang terencana dan terarah serta dukungan pendidik. Selain itu Pembelajaran disesuaikan pula dengan tahapan, karakteristik dan perkembangan anak.

Pendekatan model pembelajaran yang di lakukan melalui pengembangan model yang berpusat kepada anak, sangat efektif dalam melejitkan kecerdasan anak. Untuk itu integrated learning berbasis Asmaul Husna dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan yangmenyenangkan, merangsang semua aspek kecerdasan, sesuai tahap perkembangan, potensi, dan kebutuhan masing-masing anak, dan dilaksanakan secara bertahap, berulang dan tuntas.

Dengan demikian upaya melejitkan semua potensi anak, baik motorik, bahasa, kognitif, emosional, dan sosial dengan mengedepankan kebebasan memilih, merangsang kreativitas, dan penumbuhan karakter berlandaskan kepada sifat-sifat Illahiyah menjadikan anak lebih bisa mengenal Allah lebih dekat. Keinginan orang tua untuk mewujudkan anak yang cerdas, bertaqwa dan berakhlak mulia dengan sendirinya dapat tercapai dengan optimal.

Adapun program pembelajaran yang digunakan dalam model sentra, mengadopsi dan mengembangkan teori yang dikemukakan oleh Jean Piaget, Lev Vigotsky, Anna Freud, dan Sarah Smilansky. Para ahli psikolog tersebut percaya bahwa ada empat unsur atau konsep dasar yang harus diperhatikan dalam menyelenggarakan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu teori pengetahuan (theory of knowledge), teori perkembangan (theory of development), teori belajar (theory of learning), dan teori mengajar (theory of teaching). Adapun teori-teori tersebut adalah:

a. Teori pengetahuan


Piaget mengatakan bahwa manusia itu mempunyai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya. Pengetahuan ini sudah ada dalam diri manusia dan tinggal mengkonstruk saja.

b. Teori Perkembangan (Theory of Development)


Manusia memiliki pola perkembangan dan karakteristik dari bayi hingga dewasa. Para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya memiliki karakteristik tertentu.

c. Teori Belajar (Learning Theory)


Sesuai dengan program pendidikan bagi anak usia dini yaitu penerapan pembelajaran yang tepat dengan pendekatan bermain, bahwa dari teori pengembangan tersebut dapat dilihat anak memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing). Pada hakikatnya anak senang bermain, anak sangat menikmati permainan, tanpa terkecuali.

Melalui bermain, anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa. Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :

  • Bermain harus muncul dalam diri anak.
  • Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat.
  • Bermain adalah aktivitas yang nyata dan sesungguhnya.
  • Bermain harus difokuskan pada proses dari pada hasil.
  • Bermain harus didominasi oleh pemain.
  • Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain.

Peran orang dewasa dalam bermain sangat penting, dimana orang dewasa memberikan makna pada permainan si anak, agar dalam bermain anak dapat memperoleh pengetahuan.

Adapun jenis-jenis main yang dikembangkan adalah:

1. Sensorimotor atau main fungsional


Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika mereka diberi kesempatan untuk bergerak secara bebas, bermain di halaman atau di lantai atau di meja dan di kursi. Kebutuhan bermain sensorimotor anak didukung bila lingkungan baik di dalam maupun di luar ruangan menyediakan kesempatan untuk berhubungan dengan banyak tekstur dan barbagai jenis bahan bermain yang berbeda yang mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak.

2). Main peran (mikro dan makro)


Main peran juga disebut main simbolik, pura-pura, make believe, fantasi, imajinasi, atau main drama sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun (Vigotsky, 1967, Erikson, 1962). Fungsi main peran menunjukkan kemampuan berpikir anak yang lebih tinggi. Sebab anak mampu menahan pengalaman yang didapatnya melalui panca indra dan menampilkannya kembali dalam bentuk perilaku berpura-pura. Main peran membolehkan anak memproyeksikan diri ke masa depan, menciptakan kembali ke masa lalu dan mengembangkan ketrampilan khayalan.

3). Main Pembangunan


Main pembangunan juga dibahas dalam kerja Piaget (1962) dan Smilansky (1968). Piaget menjelaskan bahwa kesempatan main pembangunan membantu anak untuk mengembangkan keterampilannya yang akan mendukung keberhasilan sekolahnya di kemudian hari. 13 Main pembangunan bertujuan merangsang kemampuan anak mewujudkan pikiran, ide, dan gagasannya menjadi karya nyata.

Selain itu, anak menghadirkan dunia mereka melalui main pembangunan, mereka berada di posisi tengah antara main dan kecerdasan menampilkan kembali. Ketika anak bermain pembangunan, anak terbantu mengembangkan keterampilam koordinasi motorik halus juga berkembangnya kognisi ke arah berpikir operasional, dan membangun keberhasilan sekolah di kemudian hari, contoh bahan main berupa bahan pembagunan yang terstruktur, seperti balok unit, balok berongga, balok berwarna, logo, puzzle, cat, pulpen hingga pensil.

d. Teori Pembelajaran (Theory of Instruction)


Pembelajaran pada anak usia dini selalu menggunakan pendekatan bermain anak. Program ini memberikan kesempatan pada anak untuk bermain dan mengeksplorasi permainannya seluas-luasnya sesuai dengan tahapan perkembangan yang dimiliki oleh individu masing-masing anak.

Pada model pembelajaran sentra, seorang guru lebih sebagai pengkonstruksi pemikiran anak dan pengobserver perkembangan anak serta sebagai model bagi anak.

Agar tercapai pelaksanaan pembelajaran, tentu saja yang harus diperhatikan adalah karakteristik perkembangan anak, karena dalam pembelajaran model sentra ini, yang diharapkan adalah tercapainya perkembangan psikologis anak sesuai dengan usia biologisnya secara natural sesuai dengan irama perkembangan masing-masing anak.
Artikel Terkait

Catatan:

File yang kami bagikan kami simpan di google drive, jika file format word dan excel dialihkan ke aplikasi google doc maka unduh / save as dulu ya. Namun jika kesulitan, silahkan baca cara downloadnya