Kajian Teoritis Tentang Metode Talking Stick

Kajian Teoritis Tentang Metode Talking Stick
Kajian Teoritis Tentang Metode Talking Stick

Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust (dalam Natalia, 2012) berikut ini.

“The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in council circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern would come before the council, the leading elder would hold the talking stick, and begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this manner, the stick would be passed from one individual to another until all who wanted to speak had done so. The stick was then passed back to the elder for safe keeping.”

Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad - abad oleh suku - suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.

Metode Talking Stick ini merupakan salah satu metode pendukung pengembangan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dengan metode Talking Stick dapat mendorong peseta didik untuk berani mengemukakan pendapat (Suprijono. 2012 : 109 - 110). Metode Talking Stick adalah metode yang dipergunakan guru guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

Lebih jelasnya langkah - langkah metode Talking Stick akan dipaparkan sebagai berikut:

  1. Guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari.
  2. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. (Berikan waktu yang cukup untuk aktifitas ini).
  3. Guru mengambil sebuah tongkat dan memberikannya kepada salah satu peserta didik.
  4. Kemudian tongkat yang berada di peserta didik digulirkan ke peserta didik lainnya. (Seyogianya diiringi musik).
  5. Peserta didik yang terakhir menerima tongkat ketika musik berhenti diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya.
  6. Refleksi.
  7. Merumuskan kesimpulan.

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, karena keefektifan setiap model tergantung bagaimana kondisi yang ada di sekolah atau kelas tersebut. Dilihat dari langkah - langkah metode pembelajaran talking stick dapat disimpulkan kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran talking stick, yaitu:

Kelebihan metode pembelajaran talking stick

  1. Siswa dapat melatih membaca dan memahami materi dengan cepat.
  2. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat
  3. Guru dapat menguji kesiapan siswa

Kekurangan metode pembelajaran talking stick
Bagi siswa yang belum siap suasana pembelajaran akan menjadi menegangkan dan siswa akan ketakutan akan ketidakmampuan menjawab pertanyaan.

Referensi :
Sukmadinata Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Surabaya: Pustaka Pelajar.
Turmudi. 2010. Matematika Eksploratif dan Investigatif. Jakarta: Leuser Cita Pustaka.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Prenada Media Group.
Artikel Terkait

Catatan:

File yang kami bagikan kami simpan di google drive, jika file format word dan excel dialihkan ke aplikasi google doc maka unduh / save as dulu ya. Namun jika kesulitan, silahkan baca cara downloadnya