
Ditulis oleh: Ifrod Maksum Ditulis pada: 6/10/2025
Guru profesional era digital dan AI (Artificial Intellegence) tidak lepas dari teknologi. Banyak komponen yang berkaitan dengan keduanya baik itu guru profesional dan teknologi. Tapi yang menjadi komponen utama guru profesional era digital dan AI adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan terus belajar. Hal tersebut dikarenakan dunia teknologi berkembang sangat cepat, dan begitu pula dunia pendidikan yang harus mengikuti perkembangan tersebut. Kemampuan beradaptasi berarti guru tidak hanya menguasai teknologi yang ada saat ini, tetapi juga siap untuk belajar dan mengintegrasikan teknologi baru yang muncul. Untuk menunjang komponen tersebut dengan cara:
(1) Mengikuti perkembangan teknologi pendidikan: Seiring dengan kemajuan AI dan digitalisasi, berbagai alat dan metode pembelajaran baru akan terus muncul. Seorang guru yang profesional harus siap untuk mempelajari dan mengimplementasikan teknologi terbaru agar tetap relevan dalam pengajaran.
(2) Meningkatkan keterampilan secara berkelanjutan: Perubahan dalam teknologi tidak hanya terbatas pada perangkat keras atau perangkat lunak, tetapi juga pada pendekatan pedagogis yang digunakan. Guru yang memiliki semangat untuk terus belajar akan selalu mencari cara untuk meningkatkan kualitas pengajaran mereka, baik dengan mengeksplorasi sumber daya baru atau mengikuti pelatihan profesional.
(3) Menerima dan menerapkan AI: AI dalam pendidikan menawarkan berbagai kemungkinan untuk personalisasi pembelajaran dan meningkatkan efisiensi. Guru yang dapat beradaptasi dengan AI, bahkan mungkin memanfaatkan alat berbasis AI untuk menilai dan memberikan umpan balik, akan mampu memaksimalkan potensi teknologi ini untuk mendukung siswa.
Dengan kemampuan untuk beradaptasi dan terus berkembang, guru dapat tetap menjadi penggerak utama dalam pendidikan meskipun teknologi terus berubah dan berkembang. Ini memberikan dasar untuk memanfaatkan semua komponen lainnya, seperti keterampilan teknologi, kemampuan komunikasi digital, dan kreativitas dalam pengajaran.
Langkah-langkah Guru Profesional Era Digital dan AI
Di Indonesia, untuk menjadi guru profesional harus mengikuti program sertifikasi guru, yang diadakan oleh pemerintah. Sertifikasi ini dapat diperoleh melalui pelatihan dan ujian yang menilai kompetensi pedagogik dan profesional. Sertifikasi tersebut adalah Program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi guru sebelum mereka terjun ke dunia pendidikan.
Selain itu ada juga yang namanya Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya PKB ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional guru dalam mengemban tugas sebagai pendidik. Ada tiga komponen yang ditingkatkan yaitu pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Adapun langkah-langkah mengikuti PKB dari pemerintah, berikut ini:
- Mendaftar dalam Program PKB: Registrasi diri dalam platform PKB dan periksa program yang tersedia
- Mengikuti Kegiatan Pengembangan Profesional: Pelatihan dan workshop, seminar dan webinar, atau kegiatan pengembangan diri lainnya
- Mengumpulkan Angka Kredit PKB: Pencapaian angka kredit dan laporan kegiatan PKB
- Melakukan Refleksi Diri dan Evaluasi: Refleksi atas kegiatan yang dijalani dan pengembangan keahlian
- Menerapkan Hasil PKB dalam Pembelajaran: Praktikkan ilmu yang didapat dan berbagi dengan rekan sejawat
- Berpartisipasi dalam Pengembangan Komunitas Pendidikan: Kolaborasi dengan sesama guru dan keterlibatan dalam pengelolaan sekolah
- Memperbarui Sertifikasi dan Profesionalisme: Pemantauan angka kredit PKB dan sertifikasi ulang atau pembaruan
Langkah-langkah tersebut untuk mengikuti PKB. Guru profesional harus juga dapat menerapkan hasil dari PKB tersebut dalam pembelajarannya sebagai bukti peningkatan kualitas dari guru profesional.
Contoh Penerapan Guru Profesional Era Digital dan AI
Guru yang sudah lulus PKB, selanjutnya menerapkan hasil dari kegiatan PKB di sekolah. Guru yang sudah lulus PKB dengan materi pelatihan dan workshop Augmented Reality (AR) akan mencoba Media Augmented Reality (AR) dalam implementasinya di Madrasah Ibtidaiyah, pada tabel di bawah ini:
Model Pembelajaran | Aktivitas Guru dan Siswa | Implementasi AR |
---|---|---|
Model Pembelajaran Proyek (ProjectBased Learning) |
|
Dalam proyek berbasis AR, siswa bisa membuat presentasi atau model 3D menggunakan aplikasi AR, misalnya membuat model bangunan sejarah atau maket geometri yang dapat dilihat dari berbagai sisi dan perspektif menggunakan teknologi AR. |
Model Pembelajaran Terbalik (Flipped Classroom) |
|
Guru memberikan tugas yang menggunakan AR, misalnya menjelajahi ekosistem melalui aplikasi AR di rumah, dan kemudian membahasnya di kelas. Siswa dapat mengerjakan tugas rumah dan kembali ke kelas untuk mendiskusikan temuan mereka dengan teman-teman sekelas |
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) |
|
AR dapat digunakan untuk memperkenalkan masalah dunia nyata, seperti perubahan iklim, di mana siswa bisa melihat dampak visual dari masalah tersebut melalui AR. Misalnya, melihat pencairan es di kutub atau dampak deforestasi dalam bentuk 3D. |
Kontekstualisasi Guru Profesional Era Digital dan Artificial Intellegence (AI) dalam Kearifan Lokal
Guru profesional era digital dan AI harus bisa mengkontektualisasikan kearifan local setempat dengan pembelajarannya di sekolah. Berikut beberapa contoh kontekstualisasi terhadap kearifan lokal, diantaranya:
(1) Menggunakan Augmented Reality (AR) untuk Mempelajari Sejarah dan Budaya Lokal
Di kelas Sejarah, guru menggunakan aplikasi Google Expeditions yang memungkinkan siswa untuk menjelajahi candi Borobudur secara virtual. Meskipun siswa tidak pergi langsung ke sana, mereka bisa melihat detail arsitektur candi, gambar relief, dan cerita sejarah yang terdapat di sana. Ini memberikan pengalaman belajar yang lebihimersif dan mendalam tentang sejarah lokal. Selain itu, aplikasi ini juga memungkinkan siswa untuk mengunjungi rumah adat atau upacara tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, memberi mereka pemahaman yang lebih luas tentang budaya setempat.
(2) Penggunaan AI untuk Pembelajaran Bahasa Daerah
Di kelas Bahasa Indonesia, guru memanfaatkan aplikasi AI seperti Duolingo atau Busuu yang menawarkan kursus bahasa daerah. Misalnya, siswa belajar bahasa Jawa atau Sunda melalui aplikasi tersebut. Setiap kali siswa salah dalam pengucapan, aplikasi akan memberikan umpan balik secara otomatis dan mengoreksi mereka. Dengan menggunakan AI, siswa tidak hanya belajar bahasa Indonesia, tetapi juga memperkenalkan diri mereka pada bahasa daerah yang kaya akan budaya dan kearifan lokal.
(3) Proyek Dokumentasi Budaya melalui Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL)
Siswa di kelas Seni Budaya diminta untuk membuat proyek dokumentasi digital tentang kerajinan tangan tradisional daerah mereka. Guru memberikan tugas agar siswa belajar bagaimana membuat kerajinan dari bahan alami, seperti anyaman bambu atau topeng kayu yang sering ditemukan di daerah mereka. Proyek ini diharapkan mengajak siswa untuk berinteraksi langsung dengan pengrajin lokal atau melihat video tutorial kerajinan dari YouTube. Hasil dokumentasi siswa kemudian diunggah ke Google Classroom dalam bentuk video atau e-book yang mereka buat menggunakan Canva.
Sumber: Modul Pedagogik Guru MI