Skip to main content

Konsep Gaya Belajar dan Karakter Peserta Didik Gen Z dan Alpha

Konsep Gaya Belajar dan Karakter Peserta Didik Gen Z dan Alpha

Generasi Z, sering disingkat sebagai Gen Z, adalah kelompok demografi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Gen Z dikenal sebagai digital native, yaitu generasi yang sejak lahir telah akrab dengan teknologi digital. Mereka tumbuh dalam era di mana internet, media sosial, dan perangkat pintar menjadi bagian integral darikehidupan sehari-hari. Hal ini membuat mereka sangat terampil dalam memanfaatkan teknologi untuk berbagai keperluan, mulai dari komunikasi hingga pendidikan.

Salah satu karakteristik menonjol dari Gen Z adalah kemampuan mereka dalam memanfaatkan teknologi secara alami. Teknologi digunakan oleh mereka sama alaminya seperti bernafas. Selain itu, Gen Z juga dilabeli sebagai generasi yang minim batasan (boundary-less generation), dengan harapan, preferensi, dan perspektif kerja yang berbeda serta dinilai menantang bagi organisasi. Karakter mereka lebih beragam, bersifat global, serta memberikan pengaruh pada budaya dan sikap masyarakat kebanyakan.

Generasi Alpha adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak-anak yang lahir antara tahun 2010 hingga 2024. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh peneliti sosial dan demografi, Mark McCrindle. Generasi ini dikenal sebagai generasi yang paling akrab dengan teknologi sejak usia dini, karena mereka tumbuh di era di mana perangkat digital dan internet menjadi bagian integral dari kehidupan seharihari.

Karakteristik Peserta Didik Gen Z dan Alpha

1. Karakteristik Peserta Didik Generasi Z

David Stillman dan Jonah Stillman (2017) dalam bukunya Gen Z @ Work: How the Next Generation Is Transforming the Workplace menyebutkan ada 7 karakteristik Generasi Z, yaitu:

(a) Phigital (Fisik dan Digital)

Generasi Z tidak membedakan antara dunia fisik dan digital. Mereka lahir dalam era teknologi yang terus berkembang dan menganggap keberadaan teknologi digital sebagai bagian alami dari kehidupan mereka. Generasi ini lebih nyaman menggunakan teknologi dibandingkan generasi sebelumnya, bahkan dalam dunia kerja, mereka lebih mengutamakan lingkungan yang mendukung konektivitas digital.

(b) Hyper-Customization

Generasi Z menginginkan pengalaman yang lebih personal dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, pekerjaan, hingga produk yang mereka konsumsi. Mereka terbiasa dengan layanan yang menawarkan pilihan khusus sesuai preferensi individu, seperti algoritma rekomendasidalam platform digital. Oleh karena itu, mereka cenderung mengharapkan fleksibilitas dan personalisasi di tempat kerja.

(c) Realistic (Pragmatis & Realistis)

Berbeda dengan Generasi Milenial yang lebih idealis, Generasi Z lebih realistis dalam menghadapi masa depan. Mereka tumbuh dalam ketidakstabilan ekonomi global dan melihat pentingnya kestabilan finansial serta kemandirian sejak dini. Hal ini membuat mereka lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan finansial dan lebih tertarik pada pekerjaan yang menjamin keamanan ekonomi.

(d) Fear of Missing Out (FOMO)

Generasi Z sangat bergantung pada media sosial untuk tetap terhubung dengan tren terbaru. Mereka takut tertinggal dari perkembangan informasi, baik dalam kehidupan sosial maupun profesional (Stillman & Stillman, 2017). Ketergantungan ini mendorong mereka untuk selalu aktif dalam komunitas digital dan mencari cara agar selalu mendapatkan update terbaru.

(e) Weconomists (Ekonomi Kolaboratif)

Generasi Z tumbuh dalam ekonomi berbasis kolaborasi atau sharing economy, seperti layanan ride-sharing (Grab, Gojek), akomodasi berbagi(Airbnb), hingga platform freelancing (Fiverr, Upwork). Mereka cenderung memanfaatkan peluang ekonomi berbasis komunitas dan lebih fleksibel dalam mencari sumber penghasilan. Hal ini membuat mereka lebih terbuka terhadap pekerjaan berbasis proyek dan kontrak ketimbang pekerjaan tetap konvensional.

(f) Do It Yourself (Mandiri & Kreatif)

Generasi Z memiliki karakteristik yang lebih mandiri dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka terbiasa mencari informasi sendiri melalui internet, belajar secara otodidak, dan menemukan solusi tanpa menunggu instruksi. Sifat ini tercermin dalam cara mereka bekerja dan berbisnis, dengan banyak dari mereka yang memilih jalur entrepreneurship dan freelancing.

(g) Driven (Ambisius & Kompetitif)

Generasi Z memiliki motivasi tinggi untuk mencapai kesuksesan secara cepat. Mereka melihat pentingnya kerja keras dan memiliki mentalitas kompetitif dalam dunia kerja (Stillman & Stillman, 2017). Selain itu, mereka tidak ragu untuk mencari peluang baru dan berpindah pekerjaan jika merasa tidak mendapatkan tantangan atau pengembangan yang diinginkan.

2. Karakteristik Peserta Didik Generasi Alpha

Generasi Alpha memiliki karakteristik unik yang membedakan mereka dari generasi sebelumnya. Beberapa karakteristik Generasi Alpha (Hidayat, 2021), yaitu:

(a) Keterampilan Teknologi yang Tinggi

Sejak usia dini, Generasi Alpha telah terbiasa dengan perangkat digital seperti smartphone, tablet, dan komputer. Mereka dengan mudah mengoperasikan berbagai aplikasi dan perangkat teknologi lainnya. Hal ini membuat mereka sangat mahir dalam penggunaan teknologi dan memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan teknologi terbaru.

(b) Pembelajaran yang Interaktif dan Digital

Generasi ini lebih menyukai metode pembelajaran yang interaktif dan berbasis digital. Mereka cenderung kurang tertarik pada metode pembelajaran konvensional yang bersifat satu arah. Penggunaan media digital dalam proses belajar mengajar menjadi penting untuk menarik minat dan meningkatkan efektivitas pembelajaran bagi mereka.

(c) Kemandirian dalam Belajar

Generasi Alpha menunjukkan tingkat kemandirian yang tinggi dalam proses belajar. Mereka cenderung mencari informasi secara mandiri melalui internet dan sumber-sumber digital lainnya. Hal ini menuntut pendidik untuk berperan sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan mereka dalam proses belajar, bukan hanya sebagai sumber informasi utama.

(d) Kreativitas dan Inovasi

Paparan terhadap berbagai informasi dan teknologi sejak dini membuat Generasi Alpha memiliki tingkat kreativitas dan inovasi yang tinggi. Mereka cenderung berpikir out-of-the-box dan mencari solusi kreatif dalam menghadapi berbagai tantangan. Hal ini menjadi modal penting bagi mereka dalam menghadapi persaingan di masa depan.

(e) Keterbukaan terhadap Keberagaman

Generasi Alpha tumbuh dalam lingkungan yang multikultural dan memiliki akses luas terhadap informasi global. Mereka lebih terbuka dan menerima perbedaan, baik dalam hal budaya, agama, maupun pandangan hidup. Hal ini membuat mereka memiliki toleransi yang tinggi dan kemampuan beradaptasi dalam lingkungan yang beragam.

(f) Kesadaran Lingkungan dan Sosial

Generasi ini memiliki kesadaran yang tinggi terhadap isu-isu lingkungan dan sosial. Mereka peduli terhadap keberlanjutan lingkungan dan cenderung mendukung inisiatif-inisiatif yang berkaitan dengan pelestarian alam serta keadilan sosial. Hal ini dipengaruhi oleh akses informasi yang luas dan kesadaran global yang dimiliki sejak dini.

Selain itu, menurut Mark McCrindle (2021), seorang demograf dan peneliti sosial, Generasi Alpha memiliki empat karakteristik utama yang membedakan mereka dari generasi sebelumnya, yaitu:

1) Tumbuh dalam Era Digital

Generasi Alpha, yang lahir antara tahun 2010 dan 2024, adalah generasi pertama yang sepenuhnya lahir di abad ke-21. Mereka tumbuh dengan teknologi digital sebagai bagian integral dari kehidupan mereka sejak usiadini. Perangkat seperti iPad dan platform seperti Instagram menjadi umum saat mereka lahir, menjadikan mereka sangat akrab dengan teknologi sejak kecil. McCrindle menyatakan Lebih dari generasi sebelumnya, ini adalah generasi yang visual, digital, mobile, sosial, dan global.

2) Generasi COVID-19

Pandemi COVID-19 memiliki dampak signifikan pada Generasi Alpha, terutama dalam tahun-tahun pembentukan mereka. Pengalaman seperti belajar dari rumah, perayaan ulang tahun yang terlewatkan, dan interaksi sosial yang terbatas melalui platform digital telah membentuk cara mereka berinteraksi dan belajar. McCrindle mencatat dalam banyak decade mendatang, tahun-tahun COVID-19 ini akan dilihat sebagai masa pembentukan bagi mereka.

3) Terhubung dan Terpengaruh Secara Global

Generasi Alpha adalah generasi pertama yang sepenuhnya dibentuk dalam budaya global. Mereka mengonsumsi konten dari seluruh dunia melalui media sosial, video game, dan platform streaming, yang membuat mereka terpapar pada berbagai budaya dan perspektif sejak usia dini. McCrindle menyatakan, "Lebih dari sebelumnya, ini adalah generasi global.

4) Kembali ke Nilai-Nilai Generasi Kakek-Nenek Mereka

Meskipun tumbuh dengan teknologi canggih, Generasi Alpha menunjukkan kecenderungan kembali ke nilai-nilai yang mirip dengan generasi kakeknenek mereka. Mereka cenderung lebih konservatif secara finansial, menghargai keamanan pekerjaan, dan fokus pada tujuan keuangan jangka panjang.

Gaya Belajar

Gaya belajar menurut Neil Fleming (1992) yaitu Visual, Auditory, Reading/Writing, Kinesthetic (VARK) yang menjadi salah satu pendekatan popular dalam mengidentifikasi gaya belajar seseorang diantaranya:

1) Visual (V) - Belajar Melalui Penglihatan

Gaya belajar visual mengacu pada individu yang lebih mudah memahami informasi melalui gambar, diagram, grafik, dan warna. Fleming dan Mills (1992) menyatakan pembelajar visual lebih cenderung menggunakan peta konsep, ilustrasi, dan representasi spasial dalam memahami suatu materi. Mereka sering kali lebih mudah mengingat informasi dengan melihat bentuk atau struktur dibandingkan membaca teks panjang. Ciri-ciri pembelajar visual, yaitu:

  • Lebih suka menggunakan diagram, peta konsep, dan infografis.
  • Mengingat informasi berdasarkan warna, pola, atau gambar.
  • Kesulitan memahami informasi yang disajikan hanya dalam bentuk teks atau suara tanpa adanya visualisasi.

Startegi yang dapat digunakan dalam pembelajaran secara visual yaitu dengan munakan mind mapping untuk mencatat konsep-konsep utama, menggunakan warna dan simbol dalam catatan, memanfaatkan video pembelajaran dan presentasi visual.

2) Auditory (A) - Belajar Melalui Pendengaran

Pembelajar dengan gaya auditori lebih mudah memahami informasi ketika mendengarnya dalam bentuk ceramah, diskusi, atau audio. Mereka lebih suka mendengar penjelasan secara verbal dibandingkan membaca teks tertulis. Menurut Fleming (2012), pembelajar auditori cenderung mengingat informasi lebih baik ketika mendengarkan dan berdiskusi dengan orang lain. Ciri-ciri pembelajar auditori, yaitu:

  • Suka mendengarkan penjelasan secara langsung daripada membaca.
  • Mudah mengingat informasi melalui ritme, nada, atau intonasi suara.
  • Sering berbicara kepada diri sendiri untuk memahami suatu konsep.

Startegi yang dapat digunakan dalam pembelajaran secara auditori yaitu dengan mendengarkan seminar, podcast atau rekaman kuliah, mengunakan teknik diskusi dan tanya jawab dalam belajar, mengulangi informasi dengan membaca keras atau merekam suara sendiri.

3) Reading/Writing (R) - Belajar Melalui Membaca dan Menulis

Gaya belajar Reading/Writing melibatkan preferensi dalam membaca dan menulis teks sebagai cara utama dalam memahami informasi. Fleming (2015) menyatakan bahwa pembelajar ini lebih nyaman dalam lingkungan akademik tradisional yang mengutamakan teks sebagai sumber utama informasi. Ciri-ciri pembelajar reading/writing, yaitu:

  • Lebih nyaman belajar dari buku, artikel, atau catatan tertulis.
  • Cenderung menulis ulang informasi untuk menghafalnya.
  • Menyukai daftar, definisi, dan bahan bacaan lainnya.

Startegi yang dapat digunakan dalam pembelajaran secara reading/writing dengan membuat ringkasan tertulis atau flashcards, menggunakan daftar poin atau catatan detail untuk memahami materi, dan membaca serta tulis ulang informasi penting dengan kata-kata sendiri.

4) Kinesthetic (K) - Belajar Melalui Pengalaman dan Gerakan

Gaya belajar kinestetik lebih mengutamakan pengalaman langsung dan aktivitas fisik dalam memahami informasi. Mereka belajar dengan melakukan praktik, eksperimen, atau simulasi nyata. Menurut Fleming (2016), pembelajar kinestetik memperoleh pemahaman terbaik melalui keterlibatan langsung dalam aktivitas yang melibatkan gerakan. Ciri-ciri pembelajar kinestetik, yaitu:

  • Lebih suka belajar melalui praktik langsung.
  • Sulit berkonsentrasi saat belajar hanya dengan membaca atau mendengarkan.
  • Memiliki kecenderungan untuk menggunakan tangan atau tubuh dalam memahami konsep.

Startegi yang dapat digunakan dalam pembelajaran secara kinestetik yaitu dengan menggunakan metode simulasi, eksperimen, atau studi kasus, melakukan demonstrasi fisik untuk memahami konsep tertentu, dan menggunakan alat bantu seperti model fisik atau manipulatif interaktif.

Keempat gaya belajar tersebut bisa saja tidak berdiri sendiri, sehingga menjadi sebuah kombinasi gaya belajar (multimodal learners). Beberapa individu tidak memiliki satu gaya belajar yang dominan, tetapi menggunakan kombinasi dua atau lebih gaya belajar. Mereka dikenal sebagai pembelajar multimodal, yang dapat menyesuaikan metode belajarnya dengan situasi yang berbeda (Fleming, 2017), Pembelajar multimodal memiliki fleksibilitas dalam memahami materi dengan berbagai cara.

Gaya Belajar Peserta Didik Gen Z dan Alpha

Setiap generasi pastinya memiliki perbedaan baik itu dari karakteristik maupun gaya belajarnya. Berikut ini gaya belajar Generasi Z dan Generasi Alpha.

1) Gaya Belajar Peserta Didik Gen Z

Generasi Z merupakan kelompok yang tumbuh dengan internet, media sosial, dan perangkat digital sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Mereka lebih nyaman dengan pembelajaran yang berbasis teknologi dan cenderung memiliki gaya belajar multimodal menggunakan kombinasi visual, auditori, membaca/menulis, dan kinestetik. Adapun ciri-ciri gaya belajar generasi Z, yaitu:

  • Pembelajar yang mandiri dan cepat beradaptasi (Seemiller & Grace, 2019).
  • Lebih menyukai pembelajaran berbasis digital seperti video interaktif, elearning, dan platform media sosial.
  • Cenderung memiliki rentang perhatian yang lebih pendek, sehingga lebih suka materi yang singkat dan padat.
  • Lebih mudah memahami informasi yang disajikan secara visual melalui infografis, video pendek, atau animasi.
  • Menyukai pembelajaran berbasis proyek dan kolaborasi, karena terbiasa dengan lingkungan digital yang interaktif.

Strategi pembelajaran yang efektif untuk Generasi Z, yaitu:

  • Gunakan teknologi interaktif, seperti video pembelajaran, game edukatif, dan augmented reality (AR).
  • Berikan pengalaman belajar berbasis praktik, seperti pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning).122
  • Gunakan format pembelajaran yang fleksibel, seperti microlearning (materi dalam potongan kecil yang mudah dicerna).
  • Dorong kolaborasi online, dengan menggunakan platform seperti Google Classroom, Kahoot!, atau Discord.

Generasi Z berikan kebebasan dalam eksplorasi, seperti akses ke berbagai sumber belajar digital dan media sosial. Seperti yang dikatakan oleh Seemiller dan Grace (2019), Generasi Z menginginkan pembelajaran yang bersifat kolaboratif, relevan dengan dunia nyata, dan berbasis teknologi. Oleh karena itu, model pembelajaran berbasis digital menjadi pilihan utama bagi mereka.

2) Gaya Belajar Peserta Didik Gen Alpha

Generasi Alpha adalah generasi pertama yang lahir sepenuhnya di era digital, di mana kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan teknologi canggih lainnya sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Menurut McCrindle (2020), Generasi Alpha tidak hanya pengguna teknologi, tetapi juga mengharapkan segala sesuatu menjadi interaktif, personal, dan berbasis pengalaman. Ciri-ciri gaya belajar Generasi Alpha:

  • Lebih visual dan interaktif, menyukai media berbasis animasi, simulasi, dan realitas virtual (VR/AR).
  • Memiliki kemampuan multitasking tinggi, tetapi dengan rentang perhatian yang lebih pendek dibandingkan Generasi Z.
  • Menyukai pembelajaran berbasis pengalaman dan eksplorasi, seperti pembelajaran berbasis game (Gamification).
  • Terbiasa dengan asisten digital dan AI, seperti Google Assistant atau Chatbots, untuk menjawab pertanyaan mereka secara instan.
  • Memiliki kecenderungan untuk belajar secara autodidak melalui platform seperti YouTube Kids dan aplikasi edukasi interaktif.

Berdasarkan karakteristik Strategi pembelajaran yang efektif untuk Generasi Alpha, yaitu:

  • Gunakan teknologi berbasis AI dan AR, seperti aplikasi edukatif berbasis Augmented Reality (Misalnya Quiver atau Merge Cube).
  • Integrasikan metode gamifikasi, seperti menggunakan sistem poin, tantangan, atau leaderboard dalam pembelajaran.
  • Berikan pengalaman belajar berbasis eksperimen, seperti pembelajaran STEM yang mengajak mereka melakukan eksplorasi langsung.
  • Gunakan pembelajaran berbasis storytelling, dengan konten berbasis video interaktif dan animasi.

Generasi Alpha harus diberikan pengalaman belajar yang personal, dengan teknologi adaptif yang menyesuaikan tingkat kesulitan berdasarkan kemampuan individu. Seperti yang dikatakan oleh McCrindle (2020), Generasi Alpha akan menjadi generasi yang paling melek teknologi dan bergantung padakecerdasan buatan dalam pembelajaran mereka. Oleh karena itu, metode pendidikan untuk mereka harus lebih fleksibel, digital, dan berbasis pengalaman.

Secara singkat perbedaan Generasi Z dan Alpha dijelaskan pada table berikut ini:

Aspek Generasi Z Generasi Alpha
Teknologi Menggunakan teknologi dalam pembelajaran Bergantung pada teknologi sejak kecil
Visualisasi Menyukai infografis, video singkat Lebih interaktif, menyukai AR/VR
Pembelajaran Lebih suka microlearning dan fleksibel Lebih suka pembelajaran berbasis game dan AI
Kolaborasi Suka bekerja dalam kelompok dan online Lebih individual dengan teknologi personal
Eksplorasi Mandiri dalam mencari informasi Sangat autodidak dan eksploratif

Generasi Z dan Alpha memiliki gaya belajar yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Generasi Z lebih menyukai pembelajaran berbasis digital yang kolaboratif, singkat, dan fleksibel. Sementara Generasi Alpha lebih tertarik pada pembelajaran berbasis pengalaman, eksploratif, dan interaktif dengan AI dan teknologi canggih.

Dengan memahami karakteristik mereka, pendidik dapat mengadaptasi metode pembelajaran agar lebih relevan dan efektif. Seperti yang dikatakan McCrindle (2020), Pendidikan harus berkembang seiring dengan perubahan generasi, mengadopsi teknologi dan metode yang sesuai dengan cara mereka belajar.

Sumber: Modul Pedagogik Guru MI

Catatan:

File yang kami bagikan kami simpan di google drive, jika file format word dan excel dialihkan ke aplikasi google doc maka unduh / save as dulu ya. Namun jika kesulitan, silahkan baca cara downloadnya

Mungkin Anda Suka:

Aplikasi kas umum BOS
Privacy | Daftar Isi
© 2025 NOM IFROD