Langkah Pembelajaran RA Melalui Pendekatan Saintifik

Langkah Pembelajaran RA Melalui Pendekatan Saintifik
Langkah Pembelajaran RA Melalui Pendekatan Saintifik

Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik membangun kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilannya melalui tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan.

Pendekatan saintifik merupakan salah satu pendekatan dalam membangun cara berpikir agar anak memiliki kemampuan menalar yang diperoleh melalui proses mengamati sampai pada mengomunikasikan hasil pikirnya.

Pendekatan saintifik tidak diartikan sebagai belajar sains, tetapi menggunakan proses ilmiah dalam kegiatan belajar. Pendekatan saintifik dapat diimplementasikan dalam tiap lingkup perkembangan anak. Dalam pembelajaran saintifik diharapkan tercipta kondisi pembelajaran yang memunculkan rasa ingin tahu, membangkitkan kemauan untuk menjawab rasa ingin tahu mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, mencoba, dan upaya lainnya.

Pendekatan saintifik digunakan pada saat anak terlibat dalam kegiatan utama baik saat pijakan maupun kegiatan inti. Proses mengumpulkan, mengolah informasi dan mengomunikasikan yang diketahuinya merupakan langkah pengembangan berpikir kritis.

A. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:

1) Mendorong anak agar memiliki kemampuan berpikir kritis, analitis, dan memiliki kemampuan memecahkan masalah.

2) Memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna kepada anak dengan mendorong anak melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

3) Mendorong anak mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi dan bukan hanya diberi tahu.

4) Agar anak memiliki kernampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan metode ilmiah, sehingga anak menjadi terampil dan terbantu dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya.

5) Agar anak memiliki sikap ilrniah mendasar, seperti tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan, dapat melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati-hati terhadap informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka.

6) Agar anak lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya. Pembelajaran sains untuk anak usia dini difokuskan pada pembelajaran mengenal diri sendiri, alam sekitar, gejala alam dan fenomena sosial.

7) Memfasilitasi dan mengembangkan sikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggungjawab, bekerjasama, dan mandiri dalam kehidupannya.

8) Membantu anak agar mampu menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran RA adalah sebagai berikut:

  1. Pendidik membimbing anak belajar dari kenyataan;
  2. Mendorong anak untuk terlibat langsung dalam pengamatan;
  3. Belajar dengan cara berbuat/melakukan aktifitas;
  4. Belajar dilandasi perasaan senang;
  5. Belajar bersifat menantang untuk mengasah kemampuan berpikir anak;
  6. Kegiatan pembelajarannya tidak mernisahkan dari kebutuhan bermain;
  7. Pendidik senantiasa mengarahkan pada kebesaran Allah SWT dibalik fenomena alam dan sosial.

C. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik

Pembelajaran saintifik dilakukan melalui tahapan sesuai bagan dan penjelasan sebagai berikut:

Tahapan Pendekatan Saintifik Tahapan Pendekatan Saintifik

1) Mengamati (Observing)

Tahap mengamati dilakukan dengan cara pendidik menyajikan fenomena sosial, alam, dan fenomena lainnya melalui gambar, video, benda nyata dan sebagainya untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak selanjutnya pendidik membangkitkan keberanian anak untuk bertanya atau mengungkapkan pendapat.

Mengamati berarti kegiatan menggunakan semua indera (penglihatan, pendengaran, penghiduan, peraba, dan pengecap) untuk mengenali suatu benda yang diamatinya. Semakin banyak indera yang digunakan dalam proses mengamati maka semakin banyak informasi yang diterirna dan diproses dalam otak anak.

baca juga:
Contoh penilaian hasil karya
Contoh catatan harian
Contoh catatan anekdot

2) Menanya (Questioning)

Tahap menanya dilakukan pendidik dengan menstimulus dan mendorong anak agar berani mengajukan pertanyaan sesuai dengan rasa ingin tahunya. Menanya merupakan proses berfikir yang didorong oleh minat keingintahuan anak tentang suatu benda atau kejadian. Pada dasarnya anak adalah seorang peneliti yang handal. Ia selalu ingin tahu tentang segala sesuatu yang ditangkap inderanya. Ia sering bertanya, yang terkadang pertanyaannya sangat di luar dugaan orang dewasa. Anak didorong untuk bertanya, balk tentang objek yang telah diamati maupun hal-hal lain yang ingin diketahui.

Kegiatan menanya memberi kesempatan anak untuk menanya tentang apa yang dilihat, disimak, dan dibaca dari objek yang konkret samapai abstrak berkenaan dengan fakta, konsep dan prosedur. Menanya sebagai salah satu proses mencari tahu atau mengkonfirmasi atau mencocokkan pengetahuan yang sudah dimiliki anak dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.

Oleh karena itu, yang perlu dilakukan oleh pendidik untuk mendukung kemampuan menanya adalah sebagai berikut:

a) Pada dasarnya anak senang bertanya. Saat anak tidak punya gagasan untuk bertanya, pendidik boleh memancingnya, misalnya: "waktu kita petik tadi bunganya masih segar, kenapa sekarang menjadi layu ya?"

b) Apabila anak bertanya dengan pertanyaan demikian, sebaiknya pendidik memberi kesempatan kepada anak untuk berpikir mencari jawaban, seperti: "owh iya ya Mengapa demikian ya menu rut kamu kenapa?"

c) Bila ada buku yang sesuai, ajaklah anak untuk mencari jawabannya di buku. Selain mengenalkan buku sebagai sumber ilmu sejak dini, misalnya: "mari kita lihat di buku ini gambar ini ..." dan lain sebagainya.

3) Mengumpulkan Informasi (Collecting)

Tahap mengumpulkan informasi dapat dilakukan dengan cara pendidik mendorong anak untuk aktif mengumpulkan informasi dan bereksplorasi. Mengumpulkan informasi dilakukan melalui beragam cara, misalnya dengan inelakukan aktifitas langsung, mencoba, mendiskusikan, membaca buku, mewawancara.

Mengumpulkan data adalah suatu proses yang sangat diminati anak. Dalam proses ini anak melakukan trial anderror (mencoba-gagal-mencoba). Anak senang mengulangulang kegiatan yang sama tetapi dengan cara bermain yang berbeda. Bentuk dukungan pendidik untuk membangun kemampuan anak di tahap ini adalah:

a) Saat anak bermain is membutuhkan waktu untuk menerapkan gagasannya, karenanya berikan waktu untuk menerapkan gagasannya melalui bahan dan alat yang digunakannya.

b) Apabila anak tidak memiliki gagasan ketika bermain, maka pendidik dapat memberi contoh awal, sehingga selanjutnya anak dapat melakukan sendiri.

c) Apabila anak sudah selesai, pendidik dapat memperluas gagasan dengan cara memberi pertanyaan terbuka, seperti: "Sudah banyak daun bunga besar yang ditempel, maka di manakah tempat menempel daun yang kecil-kecil?"

baca juga:
Muatan ajar RA TK PAUD
Pemetaan KD dan Indikator
Indikator Perkembangan Anak

4) Mengasosiasi/ Menalar (Associating)

Tahap mengasosiasi ini dilakukan dengan cara pendidik mengkondisikan agar anak dapat menghubungkan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan pengetahuan baru yang diperolehnya atau yang ada di sekitarnya untuk menghasilkan kesimpulan. Contoh, anak belajar tentang bentuk segitiga melalui potongan kertas yang telah disiapkan. Pendidik m engajak anak untuk menemukan benda-benda yang ada di sekitarnya yang berbentuk segitiga. Pada tahap ini pendidik sudah mengasosiasikan / menghubungkan pengetahuan baru tentang segitiga dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya.

Proses asosiasi dapat terlihat saat anak mampu:

  1. Menyebutkan perasaan
  2. Menyebutkan perbedaan
  3. Mengelompokkan
  4. Membandingkan

Kemampuan di atas tergantung pada kemampuan dan usia anak.

5) Mengkomunikasikan (Communicating)

Tahap menkomunikasi ini dilakukan dengan cara pendidik memberi kesempatan kepada anak untuk mengkomunikasikan proses sebelumnya berupa pengetahuan yang baru, hasil karya dan hasil kesimpulan lainnya.

Mengkomunikasikan merupakan kegiatan untuk menyampaikan hal-hal yang telah dipelajari dalam berbagai bentuk, misalnya melalui cerita, gerakan, atau dengan menunjukkan hasil karya berupa gambar, berbagai bentuk dari plastisin, lipatan, anyaman dan lain sebagainya.

Proses mengkomunikasikan adalah proses penguatan pengetahuan terhadap pengetahuan baru yang didapat anak. Kegiatan mengkomunikasikan yang sering dilontarkan anak, misalnya: "Bu, aku tahu, kalau Tetapi mengkomunikasikan tidak hanya disampaikan melalui ucapan, tetapi dapat juga disampaikan melalui hasil karya. Biasanya anak menyarnpaikannya dengan cara menunjukkan karyanya. "Bu guru, lihat...! Aku sudah selesai membuat ..."

Dukungan pendidik yang tepat akan menguatkan pemahaman anak terhadap konsep pengetahuannya, proses berpikir kritis dan kreatifnya terus tumbuh. Sebaliknya jika pendidik mengabaikan pendapat anak atau bahkan menyalahkannya, maka keinginan untuk mencari tahu dan mencoba hal yang baru menjadi hilang.

Dukungan pendidik saat anak mengkomunikasikan karyanya adalah perhatian yang tulus. Contoh dukungan pendidik saat anak mengkomunikasikan karyanya, yaitu: "Bu guru, lihat ...! aku sudah membuat ini...." Tanggapan pendidik: "Masya Allah, bagus! Oya.., bisakah kamu ceritakan kepada ibu guru bagaimana kamu bisa membuatnya?"

Untuk penguatan, pendidik dapat menyatakan: "Alhamdulillah, kamu hebat! Kamu berhasil menyelesaikan tugasmu dengan baik. Apakah kamu mau membuatnya lagi atau mencoba kegiatan main yang lain?"

Artikel Terkait

Catatan:

File yang kami bagikan kami simpan di google drive, jika file format word dan excel dialihkan ke aplikasi google doc maka unduh / save as dulu ya. Namun jika kesulitan, silahkan baca cara downloadnya