Skip to main content

Konsep Deep Learning (Pembelajaran Mendalam)

Konsep Deep Learning (Pembelajaran Mendalam)

Deep Learning (Pembelajaran Mendalam) adalah pendekatan pembelajaran yang memuliakan manusia dengan menekankan penciptaan suasana belajar yang berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful), sehingga memungkinkan siswa mengalami proses belajar yang lebih reflektif, relevan, dan penuh keterlibatan (Kemdikdasmen, 2025).

Pendekatan ini mengintegrasikan olah pikir (intelektual), olah hati (etika), olah rasa (estetika), dan olah raga (kinestetik) dalam pengalaman belajar yang holistik dan terpadu. Menurut Fullan dan Langworthy (2014), pembelajaran mendalam melibatkan eksplorasi dan pemecahan masalah secara kritis serta pembentukan pemahaman yang lebih mendalam melalui keterlibatan kognitif, emosional, dan sosial.

Dalam konteks ini, mindful learning membantu siswa untuk lebih sadar terhadap proses belajar mereka, memungkinkan refleksi dan perhatian penuh terhadap materi yang dipelajari (Langer, 1989). Sementara itu, meaningful learning memastikan bahwa pengalaman belajar tidak hanya sekadar menghafal informasi, tetapi juga menghubungkan materi dengan pengalaman nyata dan tujuan jangka panjang siswa (Ausubel, 1968). Selain itu, joyful learning berperan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, mengurangi kecemasan akademik, dan meningkatkan motivasi intrinsik siswa (Fredrickson, 2001).

Pendekatan holistik dalam pembelajaran mendalam mengacu pada pengembangan individu secara utuh yaitu:

  1. Olah pikir (intelektual) berfokus pada penguatan keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan inovasi.
  2. Olah hati (etika) mencerminkan pentingnya nilai-nilai moral, kepedulian sosial, dan kesadaran diri dalam pembelajaran, seperti yang ditegaskan oleh teori pendidikan karakter.
  3. Olah rasa (estetika) memungkinkan siswa mengembangkan apresiasi terhadap seni, kreativitas, dan ekspresi diri dalam pembelajaran.
  4. Olah raga (kinestetik) mendukung pembelajaran melalui aktivitas fisik dan keterampilan motorik, yang penting untuk keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan kesehatan fisik.

Dengan menggabungkan prinsip mindful, meaningful, dan joyful dalam empat aspek pengembangan diri ini, pembelajaran mendalam tidak hanya meningkatkan kualitas pemahaman siswa, tetapi juga membentuk individu yang seimbang, beretika, dan kreatif dalam berpikir serta bertindak. Pendekatan ini sejalan dengan tujuan pendidikan yang tidak hanya menekankan aspek akademik, tetapi juga membangun keterampilan hidup yang komprehensif dan berorientasi pada kesejahteraan holistic siswa.

Kerangka Kerja Deep Learning

1) Kerangka Pembelajaran

Kerangka pembelajaran dalam Pembelajaran Mendalam terbagi menjadi empat (Kemdikdasmen, 2025), yaitu:

a. Praktik Pedagogis

Strategi mengajar yang dipilih guru untuk mencapai tujuan belajar dalam mencapai dimensi profil lulusan. Untuk mewujudkan pembelajaran mendalam guru berfokus pada pengalaman belajar siswa yang autentik, mengutamakan praktik nyata, mendorong keterampilan berpikir tingkat tinggi dan kolaborasi.

b. Lingkungan Pembelajaran

Lingkungan pembelajaran menekankan integrasi antara ruang fisik, ruang virtual, dan budaya belajar untuk mendukung pembelajaran mendalam. Ruang fisik dan virtual dirancang fleksibel sebagai tempat yang mendorong kolaborasi, refleksi, eksplorasi, dan berbagi ide, sehingga dapat mengakomodasi berbagai gaya belajar peserta didik dengan optimal.

c. Pemanfaatan Teknologi Digital

Pemanfaatan teknologi digital juga memegang peran penting sebagai katalisator untuk menciptakan pembelajaran yang lebih interaktif, kolaboratif, dan kontekstual. Tersedianya beragam sumber belajar menjadi peluang menciptakan pengetahuan bermakna pada siswa.

d. Kemitraan Pembelajaran

Kemitraan pembelajaran (learning partnerships) membentuk hubungan yang dinamis antara guru, siswa, orang tua, komunitas, dan mitra profesional. Pendekatan ini memindahkan control pembelajaran dari guru saja menjadi kolaborasi bersama.

2) Pengalaman Belajar

Pengalam belajar yang menjadi bagian dari kerangka kerja dalam Pembelajaran Mendalam (Kemdikdasmen, 2025), yaitu:

a. Memahami

Tahap awal siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan agar dapat memahami secara mendalam konsep atau materi dari berbagai sumber dan konteks. Pengetahuan pada fase ini terdiri dari pengetahuan esensial (foundational knowledge), pengetahuan aplikatif (applied knowledge), dan pengetahuan nilai dan karakter (humanistic knowledge).

b. Mengaplikasi

Pengalaman belajar yang menunjukan aktivitas siswa mengaplikasi pengetahuan dalam kehidupan secara kontekstual. Pengetahuan yang diperoleh oleh siswa melalui pendalaman pengetahuan (extending knowledge).

c. Merefleksi

Proses di mana siswa mengevaluasi dan memaknai proses serta hasil dari tindakan atau praktik nyata yang telah mereka lakukan. Tahap refleksi melibatkan regulasi diri (self regulation) sebagai kemampuan individu untuk mengelola proses belajarnya secara mandiri, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi terhadap cara belajar mereka.

3) Prinsip Pembelajaran

Prinsip pembelajaran Deep Learning (Kemdikdasmen, 2025), ini merupakan elemen utama dari pembelajaran yaitu berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful).

a. Berkesadaran

Pengalaman belajar siswa yang diperoleh ketika mereka memiliki kesadaran untuk menjadi pembelajar yang aktif dan mampu meregulasi diri. Siswa memahami tujuan pembelajaran, termotivasi secara intrinsic untuk belajar, serta aktif mengembangkan strategi belajar untuk mencapai tujuan.

b. Bermakna

Siswa dapat menerapkan pengetahuannya ke dalam situasi nyata. Proses belajar siswa tidak hanya sebatas memahami informasi/penguasaan konten, namun berorientasi pada kemampuan mengaplikasi pengetahuan.

c. Menggembirakan

Pembelajaran yang menggembirakan merupakan suasana belajar yang positif, menantang, menyenangkan, dan memotivasi. Rasa senang dalam belajar membantu siswa terhubung secara emosional, sehingga lebih mudah memahami, mengingat, dan menerapkan pengetahuan.

4) Dimensi Profil Lulusan

Terdapat delapan dimensi profil lulusan yang diharapkan dari pembelajaran mendalam (Kemdikdasmen, 2025), yaitu:

a. Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan YME

Individu yang memiliki keyakinan teguh akan keberadaan Tuhan serta menghayati nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

b. Kewargaan

Individu yang memiliki rasa cinta tanah air, mentaati aturan dan norma sosial dalam kehidupan bermasyarakat, memiliki kepedulian, tanggungjawab sosial, serta berkomitmen untuk menyelesaikan masalah nyata yang terkait keberlanjutan manusia dan lingkungan.

c. Penalaran Kritis

Individu yang mampu berpikir secara logis, analitis, dan reflektif dalam memahami, mengevaluasi, serta memproses informasi untuk menyelesaikan masalah.

d. Kreativitas

Individu yang mampu berpikir secara inovatif, fleksibel, dan orisinal dalam mengolah ide atau informasi untuk menciptakan solusi yang unik dan bermanfaat.

e.Kolaborasi

Individu yang mampu bekerja sama secara efektif dengan orang lain secara gotong royong untuk mencapai tujuan bersama melalui pembagian peran dan tanggung jawab.

f. Kemandirian

Individu yang mampu bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya sendiri dengan menunjukkan kemampuan untuk mengambil inisiatif, mengatasi hambatan, dan menyelesaikan tugas secara tepat tanpa bergantung pada orang lain.

g. Kesehatan

Individu yang memiliki fisik yang prima, bugar, sehat, dan mampu menjaga keseimbangan Kesehatan mental dan fisik untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin (well-being).

h. Komunikasi

Individu yang memiliki kemampuan komunikasi intrapribadi untuk melakukan refleksi dan antarpribadi untuk menyampaikan ide, gagasan, dan informasi baik lisan maupun tulisan serta berinteraksi secara efektif dalam berbagai situasi.68

Rekomendasi Strategis Deep Learning

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) (2025) memberikan rekomendasi strategis dalam upaya penerapan Pembelajaran Mendalam, yaitu:

1. Penetapan Pembelajaran Mendalam sebagai fondasi utama dalam peningkatan proses dan mutu pembelajaran.

2. Penerapan Pembelajaran Mendalam pada setiap jenjang pendidikan perlu didukung oleh lingkungan pembelajaran yang kondusif, kemitraan pembelajaran yang luas dan bermakna, dan pemanfaatan teknologi digital yang efektif.

3. Perubahan Profil Pelajar Pancasila yang terdiri atas enam dimensi menjadi Profil Lulusan

4. dengan delapan dimensi. Penyelarasan antarperaturan perundang-undangan terkait dengan standar nasional pendidikan, kurikulum, buku teks pelajaran, proses pembelajaran, dan asesmen.

5. Pengalokasian 10% dari jam pelajaran untuk Pembelajaran Mendalam interdisipliner.

6. Penataan ulang materi esensial dalam Capaian Pembelajaran.

7. Peningkatan kompetensi guru:

  • Program pelatihan terintegrasi, pendampingan, atau pembimbingan tentang pendekatan Pembelajaran Mendalam.
  • Mahasiswa calon guru diseleksi secara ketat dengan kriteria minat dan kecintaannya serta kemampuan akademik yang dilakukan secara nasional oleh LPTK yang menyelenggarakan PPG. Perlu dibuat tes seleksi yang terstandar untuk mengukur kemampuan akademik.
  • Penyelenggaraan program pendidikan profesi guru (PPG) untuk memberikan bekal pendidikan dan pelatihan Pembelajaran Mendalam.
  • Menambahkan bimbingan konseling, pendidikan nilai, dan pola piker bertumbuh (growth mindset) dalam muatan kurikulum PPG dan pelatihan guru lainnya.
  • Revitalisasi fungsi guru inti (master teacher) di setiap klaster satuan pendidikan, yang memiliki tanggung jawab untuk pengembangan profesionalisme guru di wilayah yang menjadi tugasnya.
  • Pemberdayaan komunitas belajar.
  • Pengurangan beban mengajar.

8. Penyiapan dan peningkatan kapasitas kepemimpinan kepala sekolah dalam membangun budaya belajar dan budaya mutu.

9. Peningkatan kapasitas supervisi pengawas sekolah/penilik dalam proses pendampingan, pembinaan, dan pengembangan kompetensi guru.

10. Penyusunan Buku Guru dan Buku Siswa.

11. Pemanfaatan teknologi digital dalam implementasi Pembelajaran Mendalam di sekolah

12. Pengembangan asesmen formatif dan sumatif dengan penekanan pada asesmen otentik dan holistik.

13. Penyusunan panduan mekanisme dan prosedur monitoring dan evaluasi implementasi Pembelajaran Mendalam.

Kelebihan dan Kekurangan Deep Learning (Pembelajaran Mendalam)

Abdul Rozak (2025) menjabarkan beberapa alasan Pembelajaran Mendalam perlu diterapkan. Alasan tersebut menjadi sebuah kelebihan dari Pembelajaran Mendalam, yaitu:

a. Mengembangkan Kecakapan Pemikiran Kritis

Pembelajaran Mendalam mendorong siswa untuk tidak hanya menerima informasi, tetapi juga untuk berpikir secara kritis, menganalisis, dan mengevaluasi informasi yang ada.

b. Membangun Keterlibatan Aktif Siswa Secara Bermakna

Pembelajaran Mendalam mengharuskan siswa untuk aktif dalam proses belajar, baik melalui diskusi, eksperimen, maupun penyelesaian masalah, yang memperdalam pemahaman mereka.

c. Pengaplikasian Pengetahuan Secara Kontekstual Pembelajaran Mendalam membantu siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang mereka peroleh dengan pengalaman dunia nyata, yang membuat pembelajaran menjadi lebih relevan dan bermakna.

d. Menanggapi Kebutuhan Generasi Z

Generasi Z, yang saat ini merupakan mayoritas mahasiswa, lebih terbiasa dengan pembelajaran berbasis teknologi dan interaktif. Deep learning menyediakan konteks yang tepat bagi mereka untuk belajar secara mendalam dan kreatif melalui teknologi.

Pembelajaran Mendalam tentunya tidaklah sempurna. Belum ada yang menjelaskan secara spesifik kelemahan dari Pembelajaran Mendalam tetapi berdasarkan prinsip pembelajaran mendalam dapat diurai kelemahan dari Pembelajaran Mendalam ini, yaitu:

a. Membutuhkan Waktu yang Panjang

Pembelajaran mendalam dengan prinsip mindful, meaningful, dan joyful memerlukan waktu yang lebih lama untuk memberikan pengalaman belajar yang berkualitas. Prinsip mindful menuntut siswa untuk memperhatikan dan merefleksikan proses pembelajaran secara sadar, sementara meaningful membutuhkan waktu untuk membangun koneksi antara konsep yang dipelajari dan kehidupan nyata. Hal ini menjadi tantangan dalam kurikulum yang padat dan target waktu yang terbatas.

b. Keterbatasan Kompetensi Guru

Untuk menerapkan prinsip mindful, meaningful, dan joyful, guru memerlukan keterampilan khusus dalam mendesain pengalaman belajar yang relevan, mendalam, dan menyenangkan. Guru yang kurang terlatih dalam strategi pembelajaran mendalam mungkin kesulitan memberikan pembelajaran yang bermakna dan menggembirakan.

c. Penilaian yang Kompleks

Menilai hasil pembelajaran mendalam dengan prinsip mindful, meaningful, dan joyful tidak dapat dilakukan hanya dengan metode penilaian tradisional, seperti tes pilihan ganda. Dibutuhkan instrumen penilaian yang kompleks, seperti rubrik untuk menilai refleksi, proyek, atau kolaborasi siswa.

Ketiga kelemahan tersebut bukan berarti tidak dapat diantisipasi dan diselesaikan. Tetapi kelemahan tersebut harus menjadi perhatian yang harus dipersiapkan dalam menerapkan Pembelajaran Mendalam agar dapat terlaksana dengan baik dan maksimal.

Sumber: Modul Pedagogik Guru MI

Catatan:

File yang kami bagikan kami simpan di google drive, jika file format word dan excel dialihkan ke aplikasi google doc maka unduh / save as dulu ya. Namun jika kesulitan, silahkan baca cara downloadnya

Mungkin Anda Suka:

Aplikasi kas umum BOS
Privacy | Daftar Isi
© 2025 NOM IFROD